Written by Julie
Posted in:
Humor
Ponirun mendapat tugas pertama dari kantornya. Ia diminta memotret dari udara kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan. Dengan bergegas, ia berangkat ke bandara. Sesampai disana, sebuah pesawat Cessna sudah menunggunya. Mesinnya sudah dihidupkan. Dengan sigap Ponirun melompat ke dalam pesawat dan berkata kepada pria yang duduk di kursi pilot, "Okey, Mas! Buruan berangkat! Kita udah telat, nih!"
"Iya, iya... sabar, Pak," kata pria itu gugup. Pesawat ringan itu lalu mengudara dengan susah payah. Sesampainya di atas wilayah udara Kalimantan, cuaca mendadak buruk dan penuh asap.
"Mas, turunin pesawatnya dikit. Bikin manuver. Saya mau ngambil gambar nih!" kata Ponirun.
"A...pa, Pak? Ngambil gambar?" tanya pria itu.
"Iya. Saya ini kan fotografer!" kata Ponirun.
"Apa??? Fotografer??? Jadi, Bapak bukan instruktur terbang yang mau ngajarin saya cara mendarat?!!!"
Quote ;
Mengerjakan sesuatu dengan terburu-buru, kerap kali hanya mendatangkan masalah baru. Nggak jarang bahkan mencelakakan diri sendiri. Juga membahayakan orang lain.
#diadaptasi from all about Ponirun by ayub yahya
Read more
Written by Julie
Posted in:
Humor
Kali ini Ponirun ke dokter setelah beberapa hari mengalami diare. dengan badan lemas ia menceritakan keluhannya kepada dokter langganannya.
Dokter : Sakit apa?
Ponirun : Anu dok, mual-mual dan muntah-muntah..
Dokter : Buang air besarnya bagaimana..?
Ponirun : Seperti biasa dok, jongkok...
Quotes ;
Salah tafsir kerap menjadi akar masalah yang lebih besar. Maka, sebaiknya jangan melakukan sesuatu berdasarkan penafsiran semata. Harus diikuti dengan pemahaman yang lebih dalam.
#diadaptasi from all about ponirun by ayub yahya
Read more
Written by Julie
Posted in:
Humor
24 Nov 2013
Suatu hari sepasang suami istri yang sudah dikaruniai tiga orang anak, bertengkar hebat. Anak pertama berusia 5 tahun, anak kedua berusia 3 tahun dan anak ketiga masih menyusu pada ibunya.
Terlalu hebatnya pertengkaran itu, piring, gelas dan semua peralatan rumah tangga lainnya pada beterbangan dan pecah.
Karena istrinya tidak tahan lagi, “ Pa, kalau begini terus lebih baik kita cerai !! Aku sudah nggak tahan lagi melihat tingkah laku papa!”, seru istrinya dengan suara yang keras dan emosi tinggi sambil membanting piring ke lantai.
Tidak mau kalah si suami pun membalas dengan suara keras dan penuh emosi tinggi sambil memecahkan gelas ke lantai,
“ Baik.. baik…! Kalau itu kemauanmu, silahkan.. kita cerai !! Oke, sekarang kita tanya anak-anak, sama siapa nanti ikut! Apa sama aku atau sama kamu!!!”.
Lalu si suami bertanya pada anak-anaknya sambil membentak dengan di iringi emosi yang masih tinggi, “Ana.. kamu pilih mau ikut mama atau papa..?”. Jawab si Ana dengan lembut dan sopan, “Aku ikut mama..”.
“Ani.. kamu..?”. Jawab Ani pula, “Ikut mama!!!”.
Karena anak ketiga belum bisa bicara, sang suami membentak dengan penuh emosi, “ Semua ikut mama, tidak ada yang ikut papa..!!! Kalau begitu........ Papa ikut mama juga lah !!!!”.
Istrinya pun langsung jatuh pingsan mendengar jawaban suaminya tersebut.
#diadaptasi from all about ponirun by ayub yahya
Read more
Malam ini aku kembali
membuka buku catatan harianku. Kubaca kembali memori-memori indah yang pernah
kutulis disana. Sepintas aku teringat Messi. Aku merindukannya.
“Apa yang kau lakukan?”
tanya Daniel menghampiriku.
“Merindukan Messi,”
jawabku lirih.
Daniel mengembuskan
napas panjang. Dia menatapku tajam. “Kau melakukannya lagi!”
“Kenapa?”
“Kau pikir aku tidak
cemburu melihatmu merindukan lelaki lain? Apakah aku kurang cukup?!” teriaknya
tepat di depanku.
Aku beranjak berdiri. Aku
berganti menatapnya dengan sorotan tajam. “Kau pikir aku sedang memikirkan
siapa? Messi itu betina, bukan lelaki!”
Lalu, aku pergi meninggalkannya
dan melempar tepat di wajahnya selembar foto anjing kesayanganku yang terselip
dalam buku catatan harianku.
Read more
Liana menghentikan
langkahnya ketika musuh bebuyutannya menghalangi jalannya.
“Kamu tidak pantas
kuliah disini. Murid beasiswa saja belagu!” cerca Jeremy sembari pergi
meninggalkannya.
Liana hanya menggeleng
perlahan, berusaha sabar. Lalu dia melangkah kembali menuju kelasnya. Di meja,
dia mendapatkan setangkai mawar putih dengan kartu ucapan I Love You, Liana. Dia
mengamati sekitar ruangan. Tak ada siapapun.
Tak lama, menyusul
Jeremy yang masuk di kelas yang sama. Dia meletakkan tas ranselnya di bangku
lalu keluar lagi dengan wajah yang tak mengenakkan. Sesaat, ketika Liana hendak
keluar, dia menyenggol tas milik Jeremy yang setengah terbuka. Akhirnya, belasan
tangkai mawar putih berserakan. Liana terdiam.
Read more
Laura berdiri di depan
rumah Panji, kekasihnya. Dia hendak mengetuk pintu, namun niat itu diurungkannya.
Sejenak dia ragu akan kedatangannya menemui Panji. Rasa takut tiba-tiba datang menghampirinya.
“Sudah, katakan saja
yang sebenarnya terjadi,” ujar Sarah lembut.
Laura mengamati jari
manisnya. Tak ada cincin pertunangannya disana. Dia benar-benar stress setelah
berhari-hari mencari cincin yang tiba-tiba lenyap dari jarinya, di malam saat
dia tertidur lelap.
“Sayang, kenapa?” tanya Panji yang tiba-tiba sudah
membuka pintu.
Laura murung. “Maaf,
cincin pertunangan kita hilang.”
“Sabar, Nji. Laura tidak
sengaja.” Sarah menepuk bahu Panji yang lebih tinggi darinya. Seketika, sebuah
cincin permata terjatuh dari saku jaketnya.
Read more