Laura berdiri di depan
rumah Panji, kekasihnya. Dia hendak mengetuk pintu, namun niat itu diurungkannya.
Sejenak dia ragu akan kedatangannya menemui Panji. Rasa takut tiba-tiba datang menghampirinya.
“Sudah, katakan saja
yang sebenarnya terjadi,” ujar Sarah lembut.
Laura mengamati jari
manisnya. Tak ada cincin pertunangannya disana. Dia benar-benar stress setelah
berhari-hari mencari cincin yang tiba-tiba lenyap dari jarinya, di malam saat
dia tertidur lelap.
“Sayang, kenapa?” tanya Panji yang tiba-tiba sudah
membuka pintu.
Laura murung. “Maaf,
cincin pertunangan kita hilang.”
“Sabar, Nji. Laura tidak
sengaja.” Sarah menepuk bahu Panji yang lebih tinggi darinya. Seketika, sebuah
cincin permata terjatuh dari saku jaketnya.
0 komentar:
Posting Komentar