8 September 2014
- Zamrud, Bukan Mirah Delima, Sayang.
“Oh, indahnya! Ini untukku?” Mataku berbinar-binar saat suamiku menunjukkan sebentuk cincin emas berhiaskan mirah delima.
“Tentu saja,” sahutnya sambil tersenyum. Diraihnya jemariku. Namun ketika cincin itu tidak muat di jari manisku, bahkan tidak muat di semua jari walau kelingking sekalipun, ia mulai mengernyitkan dahi.
“Padahal aku memesannya khusus untukmu,” katanya, heran. “Kau suka mirah delima, kan? Aku sih tidak.”
Aku terperangah. Lima tahun yang lalu, suamiku membelikanku zamrud karena tahu itu favoritku. Kali ini, ia memberiku mirah delima, kupikir itu batu favoritnya.
Kuteliti cincin itu. Ukurannya kecil sekali. Di dalamnya tergrafir tulisan “Wenny”. Namaku Rina.
(Dikutip dari writingrevolution09.blogspot.com dengan Sumber: Buku “Jangan berkedip!”, Karya: Donna & Isman)
0 komentar:
Posting Komentar